Kamis, 04 April 2013

Makalah Cedera Dan Kematian Sel


CEDERA DAN KEMATIAN SEL
DI SUSUN OLEH:
*   RIFKY ANDRIADI                           12107
*   NURFITRIAH                                        12099
*   ANDI AGUSTINA PRATIWI SAFAH              12063
*   DARSUN                                     12068
*   SAFRIL ARIFIN                             12110


AKADEMI KEPERAWATAN MUHAMMADIYAH MAKASSAR
TAHUN AJARAN 2012/2013

KATA PENGANTAR

        Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT  yang telah memberikan kita taufiq dan hidayahNya sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan makalah ini. Dan kami ucapkan banyak terima kasih kepada dosen yang telah membimbing dan mengarahkan kami sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
          Semoga dengan adanya makalah ini, kita dapat memahami tentang CEDERA DAN KEMATIAN SEL,dimana dalam materi ini mencakup tentang organisasi sel,modalitas cedera sel, sel yang di serang, perubahan morfologi sel cedera, kematian sel, nasib jaringan nekrotik, klasifikasi patologi, dan kematian  somatic.
          Untuk menyempurnakan penulisan makalah ini, kami sangat berharap kritik dan saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak.







Makassar 22-pebruari-2013


Kelompok 1

DAFTAR ISI

1.     KATA PENGANTAR……………………………………………......I
2.     DAFTAR ISI…………………………………………………………II
3.     ISI
A.   ORGANISASI SEL…………………………………………...1
B.   MODALITAS CEDERA SEL………………………………...3
C.   SEL YANG DISERANG……………………………………...4
D.   PERUBAHAN MORFOLOGIS SEL CEDERA……………...4
E.    KEMATIAN SEL……………………………………………..8
F.    NASIB JARINGAN NEKROTIK…………………………….12
G.   KLASIFIKASI PATOLOGI…………………………………..12
H.   KEMATIAN SOMATIK……………………………………...13
4.     KESIMPULAN………………………………………………………14
5.     KRITIK DAN SARAN………………………………………………15
6.     DAFTAR PUSTAKA………………………………………………..16








CEDERA DAN KEMATIAN SEL
A.   ORGANISASI SEL
Didalam tubuh terdapat berbagai jenis sel dengan fungsi-fungsi yang sangat khusus,semua sel sampai taraf tertentu, mempunyai gaya hidup dan unsur struktural yang serupa. Mereka mempunyai keperluan yang sejajar akan zat-zat seperti oksigen dan suplai zat makanan, suhu, suplai air dan sarana pembuangan sampah yang konstan. Sel secara harafiah adalah unit kehidupan, kesatuan lahiriah yang terkecil yang menunjukkan bermacam-macam fenomena yang berhubungan dengan hidup.Karena itu, sel juga merupakan unit dasar penyakit.

Organisasi sel:

. Sel dibatasi oleh
membran sel, yang tidak saja memberi bentuk sel tetapi juga melekatkannya pada sel lain. Bahkan yang lebih penting,membran sel bekerja sebagai pintu gerbang dari dan ke sel, memungkinkan hanya zat-zat tertentu sajalewat pada kedua jurusan, dan bahkan secara aktif mengangkut beberapa zat secara selektif. Membransel juga yang harus menerima tanda pengaturan dari sekitar tubuh dan menghantarkan tanda ini kebagian dalam sel.
Di dalam sel terdapat nukleus, yang bertindak sebagai pusat pengaturan karena ternyata bahwaDNA terpusat di dalamnya. Instruksi yang disandikan dalam DNA nukleus sebenarnya dilaksanakan didalam sitoplasma, bagian sel yang di luar nukleus. Sitoplasma adalah medium berair yang mengandungbanyak struktur yang demikian kecilnya sehingga mereka hanya dapat dilihat dengan mikroskop elektron.Organ-organ ultra mikroskopis ini disebut organela
dan fungsi mereka sangat khusus meskipun dalambatas sebuah sel.

Mitokondria adalah organela yang ditugaskan untuk produksi energi di dalam sel. Mereka adalahsumber tenaga dari sel sebab di dalam mitokondria dioksidasi bermacam-macam zat makanan untuk menghasilkan tenaga penggerak bagi kegiatan-kegiatan lain dari sel.Retikulum endoplasma dan aparatus Golgi merupakan semacam sistem pembuatan, proses dan penambalan dalam sitoplasma.retikulum endoplasma adalah suatu jaringan yang terdiri dari tubuli dan sisterna yang salingberhubungan satu dengan lain, sedangkan kompleks Golgi adalah deretan sisterna yang pipih yangberhubungan erat serta vesikel-vesikel yang berhubungan. Sintesis protein dikerjakan dengan bantuanretikulum endoplasma di bawah pengawasan RNA (asam ribonukleat) di dalam ribosom. RNA sitoplasmasebetulnya dihasilkan dan dipimpin oleh DNA nukleus untuk bertindak sebagai semacam regu perakitdalam hubungan dengan peranan khusus DNA. Ribosom melakukan sintesis protein dengan merakitasam-asam amino menjadi molekul-molekul kompleks menurut petunjuk-petunjuk yang diberikan olehDNA. Aparatus Golgi adalah alat pembungkus yang membungkus hasil-hasil sel untuk dikeluarkan(sekresi) atau untuk disimpan dalam sel. Kompleks glikoprotein tertentu juga dikeluarkan di dalamaparatus Golgi.
Lisosom adalah bungkusan enzim pencernaan yang terikat membran, disiapkan oleh seldan dibiarkan tidak aktif sampai dibutuhkan. Organela lain yang tidak ditunjukkan dalam Gambar 1bertanggung jawab atas fungsi-fungsi istimewa tambahan di dalam sel, seperti memberi kekakuandan/atau gerakan dengan cara muskuloskleton. Bermacam-macam organela mewakili organisme utuhdalam mikrokosmos dan kegiatan mereka harus dikoordinasi dan diatur secara ketat untuk menjagaintegritas sel.

.Diagram sebuah sel yang khas. Struktur dasar bagi pembagian kerja dalam sel diperlihatkan secaradiagramatis. Perlu dicatat bahwa dalam tubuh hidup membran sel tidak saja membatasi sel danmengatur jalan masuk ke dalam sel, tetapi juga menghubungkan sel dengan sel lainnya untukmembentuk jaringan.
Perlu ditekankan bahwa setiap sel saling berhubungan satu sama lain melalui berbagai cara dalammembentuk jaringan dan organ. Beberapa jaringan, seperti epitel pembatas atau epitel penutup terdiridari kelompok sel yang rapat, saling melekat erat secara langsung dengan sedikit sekali ruang antara.Kelompok sel jenis ini adalah lunak dan lentur dan tidak dapat mempertahankan bentuk organ ataukekuatan seluruh tubuh. Sebenarnya jaringan penyambunglah yang mempersatukan sel-sel tersebutmenjadi tubuh karena jaringan ini memiliki substansi interselular, secara harafiah jaringan penyambungmerupakan zat antara sel. Zat ini merupakan kolagen yang merupakan suatu protein yang dihasilkandalam bentuk serabut yang amat kuat (seperti tendo dan ligamentum) dan elastin yang juga protein yangdibentuk menjadi serabut, tetapi dengan sifat-sifat kenyal. Di antara serabut-serabut elastik ini terdapatmatriks atau zat dasar seperti agar-agar. Kombinasi serabut kuat dan serat elastis serta matriks mem-berikan kekuatan, bentuk, dan gaya pegas pada tubuh. Pada rangka, zat antar sel ini diisi dengan garam-garam kalsium, menghasilkan tulang penyokong tubuh yang kuat

B.    MODALITAS CEDERA SEL
Terdapat banyak cara di mana sel mengalami cedera atau mati tetapi bentuk-bentuk luka yang pen-ting hanya dibagi dalam beberapa kategori. Salah satu faktor yang paling sering yang dapat melukai sel adalah defisiensi oksigen atau bahan makanan. Sel-sel khususnya bergantung pada suplai oksigenyang kontinyu, sebab energi dari reaksi-reaksi kimia oksidatiflah yang menggerakkan sel danmempertahankan integritas berbagai komponen sel. Karena itu, tanpa oksigen berbagai aktivitaspemeliharaan dan sintesis sel berhenti dengan cepat.
Sebab kedua yang penting yang dapat melukai sel adalah agen fisik, yang sebenarnya me-nyangkut robeknya sel, atau paling sedikit adanya gangguan hubungan spasial antara berbagai organelaatau gangguan integritas struktural dari salah satu organela atau lebih. Jadi, cedera akibat mekanik dan Suhu penting sebagai penyebab penyakit pada manusia.


Agen-agen menular yang hidup merupakan kategori ketiga dari sebab cedera, dan terdapatbanyak cara di mana organisme tertentu menimbulkan cedera pada sel.
Agen kimia sering dapat melukai sel. Zat-zat toksik ini tidak saja masuk ke dalam sel darilingkungan melainkan merupakan akumulasi zat-zat endogen (seperti "kesalahan" metabolisme yangditentukan secara genetik) dapat melukai sel-sel dengan cara yang sama.





C.    SEL YANG DISERANG
Jika stimulus yang menimbulkan cedera menyerang sebuah sel, maka efek pertama yang pentingadalah apa yang dinamakan
lesi biokimiawi. Ini menyangkut perubahan kimia dari salah satu atau lebihreaksi metabolisme di dalam sel. Adalah menarik untuk dicatat bahwa pada tingkat ini sebenarnya sangatsedikit kelainan yang dipahami. Walaupun pada sel yang cedera dapat terlihat perubahan-perubahanbiokimiawi, kelainan yang sangat sering terlihat merupakan efek kedua atau ketiga dari lesi biokimiawiprimer. Bila kerusakan biokimiawi sudah terjadi, maka sel dapat atau tidak menunjukkan kelainan fungsi. Sering kali sel memiliki cukup cadangan untuk dapat tetap bekerja tanpa gangguan fungsi yang berarti; dalam hal lain dapat terjadi kegagalan kontraksi, sekresi atau kegiatan sel yang lain.
Pada sel dengan kelainan biokimia dan kelainan fisiologi dapat atau tidak dapat ditemukanperubahan morfologis. Keterbatasan ini adalah pada segi teknis. Perubahan-perubahan yang tampakpada pemeriksaan mikroskopik rutin umumnya adalah perubahan-perubahan yang sudah lama, karenabanyak kelainan biokimia dan kelainan fisiologi mungkin sudah terjadi sebelum kelainan anatomis terjadi.Penemuan mikroskop elektron memungkinkan untuk mengetahui lebih awal kerusakan-kerusakan mi-kroskopis dari berbagai organela, tetapi dengan teknik yang tersedia dewasa ini masih banyak sel yangsecara fungsional terganggu, tetapi tidak tampak kelainan secara morfologis.
Suatu serangan terhadap sel tidak selalu mengakibatkan gangguan fungsi. Ternyata, terdapat mekanisme adaptasi sel terhadap berbagai gangguan. Misalnya, suatu reaksi umum yang terjadi padasel otot yang secara terus-menerus dalam jangka waktu tertentu berada dalam beban kerja tinggi adalah meningkatnya kekuatan dengan pembesaran, proses ini disebut hipertrofi. Jadi sel-sel otot jantung dariseorang dengan tekanan darah tinggi akan membesar untuk menanggulangi tekanan memompamelawan tahanan yang meningkat. Jenis adaptasi serupa terjadi juga pada tantangan kimiawi tertentu.Barbiturat dan zat-zat tertentu lain biasanya dimetabolisme dalam sel-sel hati, di bawah pengaruh sistemenzim yang terdapat dalam sel-sel ini dibantu oleh retikulum endoplasma. Pada seseorang yang menelanbarbiturat, sering terjadi peningkatan yang menyolok pada jumlah retikulum endoplasma di dalam sel-selhati, dan ini berhubungan dengan kenaikan kandungan enzim dalam sel-sel ini dan menambah kemam-puan untuk metabolisme obat ini.



D.   PERUBAHAN MORFOLOGIS PADA CEDERA SEL SUBLETAL
Bila sel mengalami cedera tetapi tidak mati, maka sering sel-sel tersebut menunjukkan perubahan-perubahan morfologis yang sudah dapat dikenali. Secara potensial perubahan-perubahan subletal inireversibel, sehingga jika rangsang yang menimbulkan cedera dapat dihentikan, maka sel kembali sehatseperti semula. Sebaliknya, perubahan-perubahan ini mungkin merupakan suatu langkah ke arahkematian sel jika pengaruh yang berbahaya ini tidak dapat diatasi. Perubahan subletal terhadap selsecara tradisional disebut degenerasi atau perubahan degeneratif. Walaupun tiap sel dalam tubuh dapatmenunjukkan perubahan-perubahan semacam itu, tetapi pada umumnya sel yang terlibat adalah sel-selyang aktif secara metabolik, seperti sel hati, ginjal dan jantung. Perubahan-perubahan degeneratif cenderung melibatkan sitoplasma sel, sedangkan nukleus mempertahankan integritas mereka selama seltidak mengalami cedera letal. Walaupun agen-agen yang menimbulkan luka atau yang menyerang selsangat banyak jumlahnya, kelainan morfologis yang diperlihatkan oleh sel agak terbatas.
Bentuk perubahan degeneratif sel yang paling sering dijumpai adalah penimbunan air di dalamsel yang bersangkutan. Cedera menyebabkan hilangnya pengaturan volume pada bagian-bagian sel.Biasanya, dalam rangka untuk menjaga kestabilan lingkungan internal, sel harus mengeluarkan energimetabolik untuk memompa ion natrium keluar dari sel. Ini terjadi pada tingkat membran sel. Apapun yangmengganggu metabolisme energi dalam sel atau sedikit saja melukai membran sel, dapat membuat seltidak mampu memompa ion natrium yang cukup. Akibat osmosis yang wajar dari kenaikan konsentrasinatrium di dalam sel adalah masuknya air ke dalam sel. Akibatnya adalah perubahan morfologis yangdisebut pembengkakan sel.Untuk perubahan ini dulu disebut pembengkakan yang keruh,mencerminkan keadaan organ yang sel-selnya mengalami perubahan seperti setengah matang, dan sel-sel yang terkena secara mikroskopis terlihat sitoplasmanya granular. Bila air tertimbun di dalamsitoplasma, organela sitoplasma menyerap air ini, menyebabkan pembengkakan mitokondria,pembesaran retikulum endoplasma, dan sebagainya. Secara mikroskopis perubahan pembengkakan seltidak nyata dan hanya menyebabkan sedikit pembesaran sel dan sedikit perubahan susunan. Secaramakroskopis terlihat pembesaran jaringan atau organ yang bersangkutan, yang biasanya dapat diketahuioleh karena beratnya sedikit meningkat. Jika bahaya pembengkakan sel dapat dihilangkan maka setelahbeberapa lama sel-sel biasanya mulai mengeluarkan natrium, dan bersama-sama dengan air, dan olumenya kembali menjadi normal. Perubahan ini hanya merupakan gangguan ringan dari keadaannormal.
Jika terdapat aliran masuk air yang hebat, sebagian dari organela sitoplasma seperti retikulumendoplasma dapat diubah menjadi kantong-kantong yang berisi air. Pada pemeriksaan mikroskopikterlihat sitoplasma bervakuola (Gambar 2). Perubahan ini disebut perubahan hidropik atau kadang-kadang disebut perubahan vakuolar. Bentuk dan perubahan-perubahan yang dialami oleh organ-organitu identik dengan pembengkakan sel.

.Perubahan hidropik pada epitelium tubuli ginjal Sel-sel epitel yang melapisi tubuli kontortus membesar dan mempunyai sitoplasma bervakuola, kelihatan seperti renda, disebabkan oleh penimbunan air intrasel.
Perubahan yang lebih penting dari pembengkakan sel sederhana adalah
penimbunan lipid
intrasel. Jenis perubahan ini sering dijumpai pada ginjal, otot jantung dan khususnya hati. Secaramikroskopis, sitoplasma dari sel-sel yang terserang tampak bervakuola dengan cara yang sangat miripdengan yang terlihat pada perubahan hidropik, tetapi isi vakuola itu adalah lipid bukan air. Pada hati,banyaknya lipid yang tertimbun di dalam sel sering hebat, sehingga inti sel terdesak ke suatu sisi dansitoplasma sel diduduki oleh satu vakuola besar yang berisi lipid (Gambar 3). Secara makroskopis jaringan yang terserang terlihat membengkak, beratnya bertambah dan sering terlihat warna kekuninganyang nyata karena mengandung lipid. Hati yang terserang dengan hebat seringkali berwarna kuningcerah dan jika disentuh terasa berlemak. Jenis perubahan ini disebut perubahan berlemak ataudegenerasi lemak atau
infiltrasi lemak.
.Perubahan lemak sering terjadi, sebab dapat ditimbulkan oleh begitu banyak mekanisme yangberbeda, khususnya pada hati. Hepatosit (dan jenis sel lain), dalam keadaan normal terlibat dalammetabolisme aktif lipid. Zat-zat ini terusmenerus dimobilisasi dari jaringan adiposa ke dalam aliran darah,
di mana mereka diabsorpsi oleh sel-sel hati. Sebagian dari lipid yang diabsorpsi oleh sel akan dioksidasi,sedangkan sebagian lagi diikat oleh protein yang disintesis oleh sel dan kemudian dikeluarkan lagi darisel (ke dalam aliran darah) dalam bentuk lipoprotein.

.Perubahan lemak pada hati. Banyak sel hati memiliki beberapa "lubang" kecil dalam sitoplasma atau satuvakuola besar yang mengubah berisi banyak lipid. Sel-sel hati di sebelah kiri bawah adalah merupakansel normal.
Penimbunan lemak di dalam sel dapat ditimbulkan dengan mengganggu proses-proses per-tukaran biasa pada salah satu tempat dari beberapa tempat yang ada. Misalnya, jika lipid yang diberikankepada sel hati berlebihan, maka kemampuan metabolisme dan sintesis dari sel tersebut akan dapatdilampaui, sehingga lipid akan mengumpul di dalam sel. Sebaliknya, meskipun lipid yang mencapai sel jumlahnya normal akan tetapi oksidasinya terganggu oleh kelainan sel, maka lipid juga akan tertimbun. Akhirnya, jika proses sintesis lipoprotein dan pengeluarannya dipengaruhi di tempat manapun daribeberapa tempat yang ada, maka lipid akan tertimbun juga. Karena sebab-sebab inilah orang dapatmenemukan perlemakan hati pada berbagai keadaan mulai dari malnutrisi yang akan menghalangisintesis protein, sampai kelebihan makanan yang akan mengakibatkan hati dibanjiri oleh lipid. Hipoksiaakan cukup mengganggu metabolisme sel untuk menimbulkan penimbunan lemak, dan banyak sekalizat-zat beracun dari lingkungan itu akan mempengaruhi sel-sel dengan sedemikian rupa sehinggamempermudah penimbunan lipid. Salah satu dari racun-racun yang paling kuat dan tersebar luas dalamlingkungan kita untuk menimbulkan perlemakan hati adalah alkohol. Zat ini secara langsung beracun bagisel-sel hati, secara tidak langsung menimbulkan kelainan pada individu-individu yang minum banyakalkohol, sebab hal ini sering menimbulkan malnutrisi. Perubahan lemak secara potensial bersifat revers-ibel tetapi sering mencerminkan kelainan hebat pada sel dan dengan demikian merupakan langkahmenuju kematian sel.
Respon lain dari sel-sel yang terserang adalah pengurangan massa, secara harafiah merupakansuatu penyusutan. Pengurangan ukuran sel, jaringan, atau organ yang didapatkan semacam itu, disebut atrofi. Kelihatannya sel atau jaringan yang atrofi mampu mencapai keseimbangan di bawah keadaanberlawanan yang dipaksakan padanya karena berkurangnya tuntutan total yang harus dipenuhinya.Tentu saja, jaringan atau organ yang atrofi lebih kecil dari normal. Dalam perjalanannya menjadi atrofi,sel harus mengabsorpsi sebagian dari unsur-unsurnya. Ini menyangkut apa yang kadang-kadang disebut otofagositosis atau otofagi, secara harafiah merupakan proses memakan diri sendiri, di mana enzim-enzim mencernakan bagian-bagian sel yang ada dalam vakuola sitoplasma. Proses yang sama tidak sajaterjadi dalam sel yang mengalami atrofi tetapi juga dalam keausan eksistensi sel sehari-hari. Bilaorganela sitoplasma rusak, organela tersebut diasingkan dalam vakuola sitoplasma dan dicernakan olehenzim. Proses pencernaan cenderung meninggalkan bekas-bekas atau sisa dari bahan yang tidak dapatdicernakan yang sedikit demi sedikit tertimbun dalam sel. Zat ini sebagian besar berasal dari struktur membran dalam sel dan umumnya berwarna coklat tua. Waktu sel-sel menua, sel-sel tersebut mengum-pulkan pigmen intrasitoplasma makin lama makin banyak, disebut
lipofusin, pigmen ketuaan, ataupigmen keausan. Sewaktu sel mengalami atrofi, lipofusin bahkan dapat menjadi lebih pekat karenakegiatan otofagosit yang meningkat. Kadang-kadang jaringan atrofi berpigmen lebih kasar; proses yangbertanggung jawab atas keadaan ini disebut atrofi coklat. Bahan-bahan sisa yang tidak dapat larutmungkin juga ditimbun sebagai hasil dari
heterofagositosis atau heterofagi, yang merupakanpengambilan zat oleh sel dari luar sel.

Pembicaraan tentang perubahan-perubahan degeneratif harus menyinggung masalah penuaan.Jelaslah, proses seseorang menjadi tua adalah sesuatu yang sangat kompleks, yang menyangkutbanyak faktor genetik, faktor endokrin, faktor imunologis, dan faktor lingkungan. Proses ini pada semuatingkat, mulai dari tingkat individu secara utuh sampai tingkat satu sel, sedikit sekali yang dapat dipahami.Sudah didalilkan bahwa penuaan dapat diakibatkan oleh pembatasan genetik yang nyata padakemampuan replikatif dari sel, digabungkan dengan penimbunan progresif dari luka-luka kecil dalam selyang tidak lagi melakukan proliferasi. Namun, belumlah mungkin untuk mengidentifikasikan semua ciri-ciri sel yang khas yang bertanggung jawab atas proses penuaan dan implikasi fungsional yangsebenarnya dari perubahan-perubahan yang nonspesifik sekalipun tidak diketahui.

E.    KEMATIAN SEL
Jika pengaruh berbahaya pada sebuah sel cukup hebat atau berlangsung cukup lama, maka selakan mencapai titik di mana sel tidak lagi dapat mengkompensasi dan tidak dapat melangsungkanmetabolisme. Pada hipotesis yang tidak dapat dibantah, proses-proses ini menjadi ireversibel dan selsebetulnya mati. Pada saat kematian hipotetik ini, sewaktu sel tepat mencapai titik di mana sel tidakdapat kembali lagi, secara morfologis tidak mungkin untuk mengenali bahwa sel itu sudah mati secaraireversibel. Namun, jika sekelompok sel yang sudah mencapai keadaan ini masih tetap berada dalam hospes yang hidup selama beberapa jam saja, maka terjadi hal-hal tambahan yang mempermudahidentifikasi apakah sel-sel atau jaringan tersebut sudah mati. Semua sel memiliki berbagai enzim yang banyak di antaranya bersifat litik. Sewaktu sel hidup, enzim-enzim ini tidak menimbulkan kerusakanpada sel, tetapi enzim-enzim ini dilepaskan pada saat kematian sel, dan mulai melarutkan berbagai unsur sel. Selain itu, pada saat sel mati berubah secara kimiawi, jaringan hidup yang bersebelahanmemberikan respon terhadap perubahan-perubahan itu dan menimbulkan reaksi peradangan akut (materi tentang radang dibahas tersendiri). Bagian dari reaksi yang terakhir ini adalah pengiriman banyakleukosit atau sel darah putih ke daerah itu, dan sel-sel leukosit ini membantu pencernaan sel-sel yangmati. Jadi, oleh karena enzim-enzim pencernaan tersebut atau sebagai akibat proses peradangan, makasel-sel yang sudah mencapai titik puncak di mana sel tidak dapat kembali lagi mulai mengalamiperubahan morfologis yang dapat dilihat
Bila sebuah sel atau sekelompok sel atau jaringan dalam hospes yang hidup diketahui mati,mereka disebut nekrotik Nekrosis merupakan kematian sel lokal.

Perubahan morfologis pada nekrosis
Umumnya, walaupun perubahan-perubahan lisis yang terjadi dalam jaringan nekrotik dapatmelibatkan sitoplasma sel, intilah yang paling jelas menunjukkan perubahan-perubahan kematian sel.Biasanya inti sel yang mati itu menyusut, batasnya tidak teratur, dan berwarna gelap dengan zat warnayang biasanya digunakan oleh para ahli patologi. Proses ini dinamakan piknosisdan intinya disebut piknotik
. Kemungkinan lain, inti dapat hancur, dan meninggalkan pecahan-pecahan zat kromatin yangtersebar di dalam sel. Proses ini disebut karioreksis. Akhirnya, pada beberapa keadaan, inti sel yangmati kehilangan kemampuan untuk diwarnai dan menghilang begitu saja, proses ini disebut kariolisis (Gambar 4).

.Perubahan inti pada kematian sel. Perubahan morfologis paling jelas yang menunjukkan kematian seladalah perubahan morfologi pada inti. (A) inti normal; (B) inti piknotik; (C) inti karioreksis; (D) inti yangsudah mengalami kariolisis.
Penampilan morfologis jaringan nekrotik berbeda-beda tergantung pada akibat kegiatan litikdalam jaringan mati. Jika kegiatan enzim-enzim litik dihambat oleh keadaan lokal, maka sel-sel nekrotikitu akan mempertahankan bentuk mereka, dan jaringannya akan mempertahankan ciri-ciri arsitekturnya selama beberapa waktu. Jenis nekrosis ini dinamakan nekrosis koagulativa dan khususnya seringdijumpai bila nekrosis disebabkan oleh hilangnya suplai darah. Nekrosis koagulativa adalah jenisnekrosis yang paling sering dijumpai.
Dalam beberapa keadaan jaringan nekrotik sedikit demi sedikit mencair akibat kerja enzim,proses ini dinamakan nekrosis liquefaktiva. Ini khususnya sering terjadi pada daerah otak yangnekrotik, dan akibatnya secara harafiah adalah lubang dalam otak yang terisi oleh cairan.
Pada keadaan lain sel-sel nekrotik itu hancur, tetapi pecahan-pecahan sel yang terbagi halus itutetap berada di daerah itu selama berbulan-bulan sampai bertahun-tahun, jelas tidak dapat dicernakan.Jenis nekrosis ini disebut nekrosis kaseosa karena kenyataan bahwa daerah yang terkena tampakseperti keju yang hancur jika dilihat secara makroskopik. Prototipe keadaan yang menimbulkan nekrosiskaseosa adalah tuberkulosis, walaupun jenis nekrosis ini dapat ditemukan pada banyak  keadaan  lain..

.

Nekrosis liquefaktiva. Di sebelah kiri pada bagian otak ini terlihat defek besar. Substansi otak di daerahini mengalami nekrosis disebabkan oleh hilangnya suplai darah. Seperti pada organ ini jaringan yang nekrotik sedikit demi sedikit menjadi lunak, kemudian mencair, dan meninggalkan defek yang permanen.
Keadaan lokal khusus tertentu dapat menimbulkan jenis nekrosis lain.Gangren merupakan salah satu jenis nekrosis koagulativa, biasanya disebabkan oleh tidak adanya suplai darah, disertai per-tumbuhan bakteri saprofit. Gangren timbul pada jaringan nekrotik yang terbuka terhadap bakteri yanghidup. Ini khususnya sering dijumpai pada ekstremitas atau pada segmen usus yangnekrotik. Kadang-kadang jaringan berwarna hitam yang mengkerut dari daerah gangren padaekstremitas dimasukkan digolongkan sebagai gangren kering, sedangkan daerah bagian dalam yangtidak dapat kering disebut gangren basah. Pada kedua keadaan ini proses melibatkan pertumbuhanbakteri saprofit di atas jaringan nekrotik.
Jaringan adiposa yang nekrotik merupakan kasus istimewa lain. Jika sistem saluran pankreaspecah, baik oleh trauma atau pada penyakit pankreas yang spontan, maka enzim pankreas yangbiasanya mengalir dalam saluran dapat tercecer ke sekitarnya. Sekret pankreas itu mengandung banyakenzim hidrolisis yang kuat, termasuk lipase yang memecah lipid dari jaringan adiposa. Jika pembelahanini terjadi, maka asam-asam berlemak terbentuk oleh kerja enzim dan dengan cepat digabungkandengan kation (seperti ion kalsium) di daerah itu sehingga menimbulkan endapan-endapan sabun.Nekrosis lemak enzimatik(atau pankreatik) sebagian besar terbatas di rongga abdomen karenamerupakan daerah yang terbuka terhadap kebocoran enzim pankreas. Jika jaringan adiposa di tempatlain menjadi nekrotik, ceceran lipid dari sel-sel yang mati itu dapat menimbulkan respon peradangan,tetapi tidak ada pembentukan endapan-endapan kuning berkapur, yang khas untuk nekrosis lemakenzimatik.
.      Gangren. Jari jari kaki ini sudah menjadi nekrotik karena suplai darah yang buruk. Mikroorganismesaprofit tumbuh pada jaringan mati yang menghitam. Pada ekstremitas gangren semacam ini disebutkering.
Tentu saja akibat nekrosis yang paling nyata adalah hilangnya fungsi daerah yang mati itu. Jika jaringan yang nekrotik itu merupakan sebagian kecil dari organ dengan cadangan yang besar (umpamanya, ginjal), mungkin tidak ada pengaruh fungsional padatubuh. Sebaliknya, jika daerahnekrosis merupakan bagian otak, maka akibatnya adalah defisit neurologisyang hebat atau bahkanmungkin kematian. Selain itu, daerah nekrotik dalam beberapa keadaan dapat menjadi fokus infeksi,merupakan medium pembiakan yang baik sekali bagi pertumbuhan organisme tertentu yang kemudiandapat menyebar ke tempat lain dalam tubuh. Tanpa terkena infeksi pun, adanya jaringan nekrotik didalam tubuh dapat menimbulkan perubahan sistemik tertentu, seperti demam, leukositosis, dan berbagaigejala subyektif. Akhirnya, jaringan yang nekrosis sering membocorkan enzim-enzim yang dikandungnyake dalam aliran darah karena sel-sel mati dan permeabilitas membran sel bertambah, memungkinkanuntuk menganalisa contoh darah dan menentukan kadar berbagai enzim seperti CPK (kreatininphosphokinase), LDH (laktat dehidrogenase), atau GOT (glutamik-oksaloasetik transaminase).Kemudian, peningkatan dari salah satu enzim atau enzim lain dapat menunjukkan bahwa si penderitaternyata betul mempunyai daerah nekrosis yang tersembunyi jauh dalam jaringan. Prinsip inimenimbulkan bidang diagnostik yang penting, enzimologi klinis.





F.    NASIB JARINGAN NEKROTIK

Paling sering jika daerah jaringan mengalami nekrosis, maka peristiwa itu biasanya menimbulkanrespon peradangan pada bagian jaringan yang berdekatan. Sebagai akibat dari respon peradangan ini,maka jaringan yang mati akhirnya dihancurkan dan dihilangkan, membuka jalan bagi proses perbaikanyang mengganti daerah nekrosis dengan sel-sel
Regenerasi yang sama dengan yang hilang atau dalambanyak keadaan dengan jaringan parut.

.Jika jaringan yang nekrosis terletak pada permukaan tubuh (misalnya, sepanjang epitel permu-kaan saluran cerna), maka jaringan itu akan dengan mudahnya mengelupas, sambil meninggalkan celahpada permukaan yang disebut
Tukak. Akhirnya, jika daerah yang nekrotik tidak dihancurkan ataudibuang, maka biasanya daerah itu akan ditutup dengan kapsula jaringan penghubung fibrosa danakhirnya akan diisi dengan garam-garam kalsium yang diendapkan dari darah yang bersirkulasi di daerahnekrosis. Proses kalsifikasi ini mengakibatkan daerah nekrosis mengeras seperti batu dan menetapselama hidup individu itu.


G.    KALSIFIKASI PATOLOGIS
Pengendapan garam-garam kalsium yang tidak larut pada aliran darah, yang membuat jaringankaku dan keras tentu saja merupakan keadaan normal pada pembentukan tulang dan gigi. Jika gejalasemacam itu terjadi di tempat lain, maka merupakan keadaan abnormal dan disebut kalsifikasi patologis:

·         Kalsifikasi Distrofik
Pada umumnya, seperti telah diuraikan di atas, jaringan yang terluka atau jaringan nekrotik yangtidak secara cepat dihancurkan dapat merupakan tempat kalsifikasi. Bentuk istimewa dari kalsifikasi inidisebut distrofik. Karena daerah nekrosis kaseosa oleh sifat alamiahnya tetap tidak dicerna dalam waktuyang lama, maka biasanya daerah itu lebih lanjut akan mengalami kalsifikasi. Maka dengan demikian,karena fokus-fokus kecil tuberkulosis atau infeksi-infeksi lain terjadi di  paru-paru dan di kelenjar limfe yang mengalirkan getah bening paru-paru, maka di daerah ini biasa timbul fokus-fokus kecil kalsifikasidistrofik. Secara biologis kalsifikasi ini tidak penting, tetapi sering tampak pada radiograf karena sifatradiopak dari endapan garam kalsium  padat.
Tempat kalsifikasi distrofik lain yang sering dijumpai adalah pada
dinding arteri yang sudahmengalami aterosklerotik. Sebenarnya, "pengerasan arteri" ini disebabkan oleh pengendapan kalsium.Garam-garam kalsium juga cenderung mengendap, dengan berlanjutnya usia, di daerah yangsebelumnya merupakan tulang tawan seperti rawan iga. Akhirnya, endapan kalsifikasi distrofik padatempat-tempat ini dapat mengalami perubahan nyata menjadi tulang, proses ini disebut osifikasiheterotropik
.
·         Kalsifikasi Metastatik
Garam-garam kalsium juga dapat diendapkan dalam jaringan-jaringan lunak tubuh yang se-belumnya tidak dijumpai adanya kerusakan jaringan atau nekrosis. Jenis kalsifikasi ini disebut kalsifikasimetastatik Proses ini terjadi bukan karena kelainan jaringan, melainkan karena konsentrasi garamkalsium dan fosfor yang abnormal di dalam sirkulasi darah. Khususnya, jika konsentrasi zat-zat inimeningkat sampai di atas tingkat kritis tertentu, maka daya larutnya dilampaui dan terjadilahpengendapan pada berbagai jaringan, khususnya paru-paru, ginjal, lambung dan dinding pembuluhdarah.
Konsentrasi garam kalsium dan garam fosfat dipengaruhi oleh kegiatan kelenjar paratiroid, fungsiginjal, asupan kalsium dan vitamin D dalam makanan, dan integritas rangka. Jadi, kalsifikasi metastatikdapat terlihat pada hiperparatiroidisme, fungsi ginjal yang menurun, diet yang abnormal, dan lesi des-truktif sistem rangka, yang membebaskan garam kalsium dalam jumlah besar dari tulang-tulang itu.

·         Pembentukan Batu
Garam-garam kalsium dapat juga diendapkan dalam bentuk batu atau kalkuli, di dalam sistemsaluran dari berbagai organ. Kalkuli dibentuk dari berbagai zat yang tersedia secara lokal, yaitu bahan-bahan dari sekresi organ tertentu. Jadi, walaupun kalkuli sering mengandung kalsium sebagai salah satuunsurnya, banyak kalkuli pada awalnya tidak mengandung kalsium. Beberapa kalkuli terbentuk sebagaiakibat dari hancurnya debris nekrotik dalam saluran, sedangkan lainnya terbentuk karenaPatofisiologi/Cedera danKematian Sel ketidakseimbangan unsur-unsur sekresi tertentu sedemikian rupa sehingga terjadi pengendapan dariunsur yang biasanya larut. Karena berbagai alasan, kalkuli sering ditemukan dalam saluran empedu,pankreas, kelenjar saliva, prostat, dan sistem kemih.
Meskipun seringkali kalkuli tidak memberikan gejala apapun dan ditemukan secara kebetulan,banyak kalkuli yang bergerak sepanjang sistem saluran organ tertentu, sehingga menyebabkan rasasakit serta perdarahan. Seringkali kalkuli akan bergerak sampai tersangkut pada bagian saluran yangsempit dan menimbulkan penyumbatan pada aliran keluar sekret tertentu. Jika ini terjadi, maka seringterjadi infeksi dari organ yang tersumbat dan atrofi parenkim.

H.   KEMATIAN SOMATIK
Kematian seluruh individu disebut kematian somatik, bandingkan dengan kematian lokal ataunekrosis. Dahulu definisi kematian somatik lebih sederhana. Seseorang dinyatakan meninggal, jika"fungsi vital" berhenti tanpa ada kemungkinan untuk berfungsi kembali. Jadi, jika seorang berhentibernafas dan tidak dapat diresusitasi, maka jantung dengan cepat berhenti berdenyut sebagai akibat darianoksia, dan orang itu tidak dapat disangkal lagi telah mati.
Dengan kemajuan teknologi, maka jika seorang penderita pernafasannya berhenti dapat dipasangrespirator mekanis. Jika denyut jantung penderita mulai terputus-putus, dapat dipasang alat pacu jantungelektris. Dengan adanya peralatan untuk "mempertahankan hidup" semacam ini, maka definisi kematianmenjadi lebih sulit. Sebenarnya, sebaiknya dijelaskan bahwa tidak semua sel tubuh mati secara serentak.Sudah dibuat jaringan hidup dari jaringan-jaringan yang diambil dari mayat. Dalam rumah sakit sekarangini, definisi umum tentang kematian somatik menyangkut kegiatan sistem saraf pusat khususnya otak.Jika otak mati, maka kegiatan listrik berhenti dan elektroensefalogramnya menjadi isoelektris atau"mendatar". Jika hilangnya kegiatan listrik terjadi selama jangka waktu yang sudah ditentukan secaraketat, maka para dokter berwenang menganggap penderita meninggal walaupun paru dan jantung masihdapat dijalankan terus secara buatan untuk beberapa lama.
Perubahan Postmortem
Setelah kematian, terjadilah perubahan-perubahan tertentu yang dinamakan perubahanpostmortem. Karena reaksi kimia dalam otot orang mati, timbul suatu kekakuan yang dinamakanrigor mortis Kataalgor mortismenunjukkan pada dinginnya mayat, karena suhu tubuhnya mendekati suhulingkungan. Perubahan lain disebut livor mortisatau perubahan warna postmortem. Umumnyaperubahan warna semacam itu disebabkan oleh kenyataan bahwa sirkulasi berhenti, darah di dalampembuluh mengambil tempat menurut tarikan gravitasi, dan jaringan-jaringan yang terletak paling bawahdalam tubuh menjadi merah keunguan, disebabkan oleh bertambahnya kandungan darah. Karena jaringan-jaringan di dalam mayat itu mati, maka secara mikroskopis enzim-enzim dikeluarkan secaralokal, dan mulai terjadi reaksi lisis. Reaksi-reaksi ini, disebutotolisis postmortem(secara harafiah berarti melarutkan diri), yang sangat mirip dengan perubahan-perubahan yang terlihat pada jaringannekrotik, tetapi tentu saja tidak lagi disertai reaksi peradangan. Akhirnya, bila tidak dicegah dengantindakan-tindakan tertentu (misalnya pembalseman) bakteri-bakteri akan tumbuh dengan subur dan akanterjadipembusukan. Kecepatan mulai timbulnya perubahan postmortem sangat berbeda-beda,tergantung pada individu maupun pada sifat-sifat lingkungan sekitarnya. Jadi, penentuan waktu kematianyang tepat, oleh para dokter dalam cerita detektif khayalan memang hanya merupakan khayalan.










KESIMPULAN
Pada organisasi sel,Sel merupakan struktur terkecil organisme yang dapat mengatur aktivitas kehidupan sendiri Sel terdiri: membran plasma, sitoplasma, nukleus dan nukleoplasmaDida.

Yang termasuk dalam organisasi sel ialah:
·         Membrane plasma
·         Nucleus(inti sel)
·         Reticulum endoplasma(RE)
·         Mitikondria
·         Lisosom
·         Ribosom
·         Badan golgy

Salah satu faktor yang paling sering yang dapat melukai sel adalah defisiensi oksigen atau bahan makanan
       Efek pertama sel yang cedera adalah: lesi biokimia yaitu perubahan reaksi kimia / metabolik didalam sel
       Serangan pada sel tidak selalu mengakibatkan gangguan fungsi, umumnya ada mekanisme adaptasi seluler terhadap stimulus
       Jika stimulus hilang sel dapat kembali sehat, jika stimulus tidak hilang sel akan mati


Sel akan mati jika pengaruh buruk pada sel hebat dan berlangsung lama sel tidak mampu lagi beradaptasi proses ireversibel kematian sel (nekrosis).

       Nekrosis adalah kematian sel ireversibel yang terjadi ketika sel cedera berat dalam waktu lama dimana sel tidak mampu beradaptasi lagi atau memperbaiki dirinya sendiri (hemostasis)


       jika daerah jaringan mengalami nekrosis, maka peristiwa itu biasanya menimbulkan respon peradangan pada bagian jaringan yang berdekatan. Sebagai akibat dari respon peradangan ini,maka jaringan yang mati akhirnya dihancurkan dan dihilangkan, membuka jalan bagi proses perbaikanyang mengganti daerah nekrosis dengan sel-sel




DAFTAR PUSTAKA

Sumber:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar