Sabtu, 07 Maret 2015

Airway



Makalah Keperawatan Gadar
Airway

logo akper.Muh.Mkz.jpg

Disusun Oleh :

Kelompok I

Arifuddin
Al Hidayat
Irmayanti
Musdalifah
Nufaidah
Nurfitriah
Nasruddin
Nella Sari Said
Risvaldi Darul Ismail
Suhartia
Sumarni


Akademi Keperawatan Muhammadiyah Makassar
2014


AIRWAY (JALAN NAFAS)
A.     PENGKAJIAN
Pengkajian secara cepat tentang airway :
1.       Pernyataan pasien tentang kepatenan jalan nafas
a.       Jalan nafas pasien paten ketika bersih saat berbicara dan tidak ada suara nafas yang mengganggu.
b.      Jika jalan nafas tidak paten pertimbangkan kebersihan daerah mulut dan menempatkan alat bantu nafas.
Penilaian keaadaan penderita dan prioritas terapi dilakukan berdasarkan jenis perlakuan, stabilitas tanda-tanda vital dan mekanisme ruda paksa, berdasarkan penilaian airway (jalan nafas) dengan control servikal.
Yang penting pada fase pra-RS adalah ABC, lakukan resusitasi dimana perlu, kemudian fiksasi penderita, lalu transportasi.
2.       Penjaga airway dengan control servikal
Yang pertama yang harus dinilai adalah kelancaran airway. Ini meliputi pemeriksaan adanya obstruksi jalan nafas yang dapat disebabkan benda asing, fraktur tulang wajah, fraktur mandibula atau maksila, fraktur larings atau trakea. Usaha untuk membebaskan jalan nafas harus melindungi vertebra servikal karena kemungkinan patahnya tulang servikal harus selalu diperhitungkan. Dalam hal ini dapat dilakukan “chin lift” atau “jaw thrust”. Selama memeriksa dan memperbaiki jalan nafas, harus diperhatikan bahwa tidak boleh dilakukan ekstensi, fleksi atau rotasi dari leher.
Kemungkinan patahnya tulang servikal diduga bila ada :
a.       Trauma dengan penurunan kesadaran.
b.      Adanya luka karena trauma diatas klavikula.
c.       Setiap multitrauma (trauma pada 2 regio atau lebih).
d.      Juga harus waspada terhadap kemungkinan patah tulang belakang bila biomekanik trauma mendukung.
Dalam keadaan kecurigaan fraktur servikal, harus dipakai alat imobilisasi. Bila alat imobilisasi ini harus dibuka untuk sementara, maka kepala harus dipakai sampai kemungkinan fraktur servikal dapat disingkirkan.
3.       Bila ada gangguan jalan nafas, maka dilakukan penanganan sesuai BHD
Perencanaan :
Resusitasi
Airway  harus dijaga dengan baik pada penderita tidak sadar. Jaw thrust atau chin lift dapat dipakai pada beberapa kasus, pada penderita yang masih sadar dapat dipakai nasofaringeal airway. Bila penderita tidak sadar dan tidak ada reflex bertahan (gag refleks) dapat dipakai oro-pharyngeal airway(guedel).
Control jalan nafas pada penderita yang airway terganggu karena factor mekanik, atau ada gangguan ventilasi akibat gangguan kesadaran, dicapai dengan intubasi endo-tracheal, baik oral maupun nasal. Prosedur ini harus dilakukan dengan control terhadap servikal.
Surgeal airway (erico-thyroidotomy) dapat dilakukan bila intubasi endotracheal tidak mungkin karena kontra indikasi atau karena masalah mekanis.
Prioritas intervensi tertinggi dalam primery survey adalah mempertahankan kepatenan jalan nafas. Dalam hitungan menit tanpa adekuatnya suplai oksigen dapat menyebabkan trauma serebral yang akan berkembang menjadi kematian otak(anoxic brain death). Airway harus bersih dari berbagai secret atau debris dengan kateter suction atau secara manual jika diperlukan.spinal servikal harus diproteksi pada klien trauma dengan kemungkinan trauma spinal secara manual aligment leher pada posis netral,posis in-line dan menggunakan maneuver jaw thrust ketika mempertahankan jalan nafas.
Secara umum, masker non-rebreather adalah yangt paling baik untuk klien bernafas spontan. Ventilasi bag-valve-mask (BMV) dengan alat bantu nafas yang tepat  dan sumber oksigen 100% diindikasikan untuk individu yang memerlukan bantuan ventilasi selama resusitasi klien dengan gangguan kesadaran, diindikasikan dengan GCS kurang dari  sama dengan 8, membutuhkan airway definitive seperti endotracheal tube (ETT). (American College of surgeons,1997, dalam Ignatavicius ,2006).
4.     TINDAKAN PEMBEBASAN JALAN NAFAS
1.     Pendahuluan
Airway, mengecek jalan nafas dengan tujuan menjaga jalan nafas disertai control servikal. Survei primer bertujuan mengetahui dengan segera kondisi yang mengancam nyawa pasien. Survei primer dilakukan secara sekuensial sesuai dengan prioritas. Tetapi dalam prakteknya dilakukan secara bersamaan dalam tempo waktu yang singkat (kurang dari 10 detik). Apabila teridentifikasi henti nafas dan henti jantung maka resusitasi harus segera dilakukan.
Apabila menemukan pasien dalam keadaan tidak sadar maka pertama kali amankan lingkungan pasien atau bila memungkinkan pindahkan pasien ke tempat yang aman. Selanjutnya posisikan pasien ke dalam posisi netral (terlentang) untuk memudahkan pertolongan.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg2TWamGs2bfPyNwlSW6EUAL-X_b4BMVab4tTS5IxYgqFi3TbCad_7dsZ2dOL_Ux0sNAGDR4apZ0sLYUaTwC1MuYOm2t7_Au6jpPmsQvvIOA5R0mFV4cGeIcSQeDupzjzJd1BBhr7NVL20/s320/recovery+posisi.bmp https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiJvO840nW-4yeo9NqR53hVmNsx_aSWlKdEdBh04OBhCK7cgPsbT7Ph4cGuSvL8OskwMmQg7_fGYiWEO4afApeto2_eRRHR429yvcukdUGKGnVNZq8xIUGd2qqyN5psJ2TVvrghZ9FvxyU/s320/llf.bmp
Penilaian airway dan breathing dapat dilakukan dengan satu gerakan dalam waktu yang singkat dengan metode LLF (look, listen dan feel).
Jalan nafas adalah yang pertama kali harus dinilai untuk mengkaji kelancaran nafas. Keberhasilan jalan nafas merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi proses ventilasi (pertukaran gas antara atmosfer dengan paru-paru. Jalan nafas seringkali mengalami obstruksi akibat benda asing, serpihan tulang akibat fraktur pada wajah, akumulasi sekret dan jatuhnya lidah ke belakang.
Selama memeriksa jalan nafas harus melakukan kontrol servikal, barangkali terjadi trauma pada leher. Oleh karena itu langkah awal untuk membebaskan jalan nafas adalah dengan melakukan manuver head tilt dan chin lift seperti pada gambar di bawah ini :

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgpTPQYAC6ooYTv6pk5G30KdMY7oS2lglq7lNn8lQS0_Xoxf1m9oxW75MzaMFM9XJEaqKN8tb6ye9TqGWyxx2dbeuZFehd7zgrMfDVCLljWDEYbHJsZkmczr8mpz3kr8K2Y7fyEI8Uz2Xc/s320/headtilt+chilnlift.bmp
Data yang berhubungan dengan status jalan nafas adalah :
a.       sianosis (mencerminkan hipoksemia)
b.      retraksi interkota (menandakan peningkatan upaya nafas)
c.       pernafasan cuping hidung
d.      bunyi nafas abnormal (menandakan ada sumbatan jalan nafas)
e.       tidak adanya hembusan udara (menandakan obstuksi total jalan nafas atau henti nafas).

2.     Tindakan pembebasan jalan nafas
a.       Pengertian : tindakan yang dilakukan untuk membebaskan jalan napas dengan tetap memperhatikan kontrol servikal.
b.      Tujuan : membebaskan jalan napas untuk menjamin jalan masuknya udara ke paru secara normal sehingga menjamin kecukupan oksigenase tubuh.
c.       Pemeriksaan Jalan Napas :
-          L = Look/Lihat gerakan nafas atau pengembangan dada, adanya retraksi sela iga, warna mukosa/kulit dan kesadaran.
-          L = Listen/Dengar aliran udara pernafasan.
-          F = Feel/Rasakan adanya aliran udara pernafasan dengan menggunakan pipi penolong.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiJvO840nW-4yeo9NqR53hVmNsx_aSWlKdEdBh04OBhCK7cgPsbT7Ph4cGuSvL8OskwMmQg7_fGYiWEO4afApeto2_eRRHR429yvcukdUGKGnVNZq8xIUGd2qqyN5psJ2TVvrghZ9FvxyU/s320/llf.bmp
Gambar : Cara pemeriksaan Look-Listen-Feel (LLF) dilakukan secara simultan. Cara ini dilakukan untuk memeriksa jalan nafas dan pernafasan.
d.      Tindakan
Ingat! Pada pasien dengan dugaan cedera leher dan kepala, hanya dilakukan maneuver jaw thrust dengan hati-hati dan mencegah gerakan leher.
·         Untuk memeriksa jalan nafas terutama di daerah mulut, dapat dilakukan teknik Cross Finger yaitu dengan menggunakan ibu jari dan jari telunjuk yang disilangkan dan menekan gigi atas dan bawah.
·         Bila jalan nafas tersumbat karena adanya benda asing dalam rongga mulut dilakukan pembersihan manual dengan sapuan jari.
·         Kegagalan membuka nafas dengan cara ini perlu dipikirkan hal lain yaitu adanya sumbatan jalan nafas di daerah faring atau adanya henti nafas (apnea).
·         Bila hal ini terjadi pada penderita tidak sadar, lakukan peniupan udara melalui mulut, bila dada tidak mengembang, maka kemungkinan ada sumbatan pada jalan nafas dan dilakukan maneuver Heimlich.

clip_image002[15]

Gambar : Pemeriksaan sumbatan jalan nafas di daerah mulut dengan menggunakan teknik cross finger
Tanda-tanda adanya sumbatan (ditandai adanya suara nafas tambahan) :
·         Mendengkur(snoring), berasal dari sumbatan pangkal lidah. Cara mengatasi : chin lift, jaw thrust, pemasangan pipa orofaring/nasofaring, pemasangan pipa endotrakeal.
·         Berkumur (gargling), penyebab : ada cairan di daerah hipofaring. Cara mengatasi : finger sweep, pengisapan/suction.
·         Stridor (crowing), sumbatan di plika vokalis. Cara mengatasi : cricotirotomi, trakeostomi.
3.     Membersihkan Jalan Nafas
a.      Sapuan jari (finger sweep)
Dilakukan bila jalan nafas tersumbat karena adanya benda asing pada rongga mulut belakang atau hipofaring seperti gumpalan darah, muntahan, benda asing lainnya sehingga hembusan nafas hilang.
Cara melakukannya :
·         Miringkan kepala pasien (kecuali pada dugaan fraktur tulang leher) kemudian buka mulut dengan jaw thrust dan tekan dagu ke bawah bila otot rahang lemas (maneuver emaresi).
·         Gunakan 2 jari (jari telunjuk dan jari tengah) yang bersih atau dibungkus dengan sarung tangan/kassa/kain untuk membersihkan rongga mulut dengan gerakan menyapu.

clip_image002[19]

Gambar : Tehnik finger sweep
b.     Mengatasi sumbatan nafas parsial
Mengatasi sumbatan parsial/sebagian. Digunakan untuk membebaskan sumbatan dari benda padat.
clip_image002[21]
Gambar : Tampak ada orang yang tersedak atau tersumbat jalan nafasnya.

Dapat digunakan teknik manual thrust :
·         Abdominal thrust
Dapat dilakukan dalam posisi berdiri dan terlentang. Caranya : berikan hentakan mendadak pada ulu hati (daerah subdiafragma – abdomen).
Abdominal Thrust (Manuver Heimlich) pada posisi berdiri atau duduk
Caranya : penolong harus berdiri di belakang korban, lingkari pinggang korban dengan kedua lengan penolong, kemudian kepalkan satu tangan dan letakkan sisi jempol tangan kepalan pada perut korban, sedikit di atas pusar dan di bawah ujung tulang sternum. Pegang erat kepalan tangan dengan tangan lainnya. Tekan kepalan tangan ke perut dengan hentakan yang cepat ke atas. Setiap hentakan harus terpisah dan gerakan yang jelas.
Abdominal Thrust (Manuver Heimlich) pada posisi tergeletak (tidak sadar)
Caranya : korban harus diletakkan pada posisi terlentang dengan muka ke atas. Penolong berlutut di sisi paha korban. Letakkan salah satu tangan pada perut korban di garis tengah sedikit di atas pusar dan jauh di bawah ujung tulang sternum, tangan kedua diletakkan di atas tangan pertama. Penolong menekan ke arah perut dengan hentakan yang cepat ke arah atas.
Berdasarkan ILCOR yang terbaru, cara abdominal thrust pada posisi terbaring tidak dianjurkan, yang dianjurkan adalah langsung melakukan Resusitasi Jantung Paru (RJP).
Abdominal Thrust (Manuver Heimlich) yang dilakukan pada diri sendiri
Pertolongan terhadap diri sendiri jika mengalami obstruksi jalan napas.
Caranya : kepalkan sebuah tangan, letakkan sisi ibu jari pada perut di atas pusar dan di bawah ujung tulang sternum, genggam kepala itu dengan kuat, beri tekanan ke atas kea rah diafragma dengan gerakan yang cepat, jika tidk berhasil dapat dilakukan tindakan dengan menekan perut pada tepi meja atau belakang kursi.
·         Chest thrust (untuk bayi, anak yang gemuk dan wanita hamil)
Bila penderita sadar, lakukan chest thrust 5 kali (tekan tulang dada dengan jari telunjuk atau jari tengah kira-kira satu jari di bawah garis imajinasi antara kedua putting susu pasien). Bila penderita sadar, tidurkan terlentang, lakukan chest thrust, tarik lidah apakah ada benda asing, beri nafas buatan
·         Back blow (untuk bayi)
Bila penderita sadar dapat batuk keras, observasi ketat. Bila nafas tidak efektif atau berhenti, lakukan back blow 5 kali (hentakan keras pada punggung korban di titik silang garis antar belikat dengan tulang punggung/vertebrae)


clip_image002[25]
Gambar : Back blow pada bayi

Jika sumbatan tidak teratasi, maka penderita akan :
·         Gelisah oleh karena hipoksia
·         Gerak otot nafas tambahan (retraksi sela iga, tracheal tug)
·         Gerak dada dan perut paradoksal
·         Sianosis
·         Kelelahan dan meninggal
Prioritas utama dalam manajemen jalan nafas adalah JALAN NAFAS BEBAS!
·         Pasien sadar, ajak bicara. Bicara jelas dan lancar berarti jalan nafas bebas
·         Beri oksigen bila ada 6 liter/menit.
·         Jaga tulang leher : baringkan penderita di tempat datar, wajah ke depan, posisi leher netral.
·         Nilai apakah ada suara nafas tambahan.
clip_image002


Gambar : Pasien tidak sadar dengan posisi terlentang, perhatikan jalan nafasnya! Pangkal lidah tampak menutupi jalan nafas
Lakukan teknik chin lift atau jaw thrust untuk membuka jalan nafas. Ingat tempatkan korban pada tempat yang datar! Kepala dan leher korban jangan terganjal!
-          Chin Lift
Dilakukan dengan maksud mengangkat otot pangkal lidah ke depan.
Caranya : gunakan jari tengah dan telunjuk untuk memegang tulang dagu pasien kemudian angkat.
-          Head Tilt
Dilakukan bila jalan nafas tertutup oleh lidah pasien, Ingat! Tidak boleh dilakukan pada pasien dugaan fraktur servikal.
Caranya : letakkan satu telapak tangan di dahi pasien dan tekan ke bawah sehingga kepala menjadi tengadah dan penyangga leher tegang dan lidahpun terangkat ke depan.
clip_image002[7]
Gambar : Tangan kanan melakukan  Chin lift ( dagu diangkat). dan tangan kiri melakukan head tilt. Pangkal lidah tidak lagi menutupi jalan nafas.
-          Jaw thrust
Caranya : dorong sudut rahang kiri dan kanan ke arah depan sehingga barisan gigi bawah berada di depan barisan gigi atas




clip_image002[9]


Gambar : Manuver Jaw thrust dikerjakan oleh orang yang terlatih.